Senin, 07 Maret 2011

rujak cingur di Sidoarjo

nih dia  artikelnya,,,baca dulu ya..

silahkan membaca jika tertarik silahkan kunjungi tempat tersebut  ..hehehe

Jawa Timur
Rawon, Rujak Cingur, dan Sate Klopo

Siapa tak kenal rawon? Makanan sejenis sup daging yang biasa disajikan dalam keadaan panas mengepul ini tak bisa diabaikan dari kuliner Jawa Timur. Rawon dihidangkan dengan taburan bawang goreng dan taoge pendek biasa ditemani telur asin, empal, kerupuk udang, dan sambal terasi.
Makanan ini akan terasa sangat gurih. Kuah merupakan kaldu daging lemusir yang sedikit berlemak sarat bumbu: kunyit, jahe, lengkuas, serai, cabai, asam, bawang merah-putih, sampai ketumbar. Sedangkan yang membuatnya legit adalah daging keluwak yang dihaluskan. Lauk pendamping rawon pun serba gurih. Namun, taoge pendek menghindarkannya dari rasa eneg akibat gurih yang berlebihan karena taoge pendek "menyegarkan" lidah.
Rawon adalah makanan yang biasa dihidangkan sehari-hari dalam keluarga atau dijajakan di warung di gang hingga hotel berbintang. Makanan ini juga kerap disajikan di pesta-pesta pernikahan. Dari pernikahan yang digelar di tempat permukiman sampai tempat-tempat kelas atas.
Makanan ini juga cocok disantap kapan saja: untuk sarapan hingga makan malam. Karena itu, rawon mudah ditemukan di mana-mana di Surabaya dan sekitarnya. Belakangan, rawon makin banyak dijual di rumah makan dan makin populer.
Di Surabaya, penjual rawon yang terkenal di antaranya adalah rawon Rumah Makan Pak Pangat dan Rawon Setan.
Keduanya memiliki sajian khas. Di rumah makan Pak Pangat, daging rawon tidak dipotong-potong, tapi berupa suwiran empal. Meski begitu, kuahnya sangat gurih. Karena Rumah Makan Pak Pangat tidak hanya menawarkan satu jenis makanan, rawon biasa disajikan bersama krengsengan atau nasi campur.
Akan halnya Rawon Setan, rawon ini tak kalah legitnya. Rawon Setan, "Enak betul, dagingnya besar-besar," ujar Dyah Wulandari, penggemar Rawon Setan. Potongan daging Rawon Setan memang sebesar kepalan tangan bocah.
Rawon ini dinamai Rawon Setan karena awalnya tempat makan ini dibuka di atas pukul 21.00 WIB. Tapi, karena banyak penggemarnya, Rawon Setan dibuka di banyak tempat pada sore hari.
Harga nasi rawon di kedua tempat makan ini tak mahal. Pak Pangat menghargai rawonnya Rp 8.000-9.000. Sedangkan seporsi Rawon Setan sekitar Rp 10 ribu.
Kalau ingin sate dengan cita rasa dan penampilan agak berbeda, cobalah sate klopo atau sate kelapa. Sate klopo, yang sebenarnya makanan khas Madura, bisa didapatkan di Warung Sate Klopo Ondomohen, yang dikelola Asih Sudarmi, 52 tahun.
Sate dagingnya berbeda dengan sate pada umumnya karena menggunakan daging sapi. Sementara biasanya sate berpenampilan "gundul", sate yang ini berlumur parutan kelapa, yang telah dibumbui rempah-rempah sebelum dibakar.
Proses pembakaran membuat parutan kelapa renyah. Selama proses pembakaran, tusukan sate dilumuri bumbu kacang bercampur kecap. Sebelum disajikan, sate ini ditaburi koya, yakni parutan kelapa halus yang telah dibumbui dan digoreng.
"Rasa kelapanya gurih, dagingnya pun empuk," kata Rita, 47 tahun, seorang penikmat sate klopo. Kalau ingin "bertualang", cobalah sate yang bukan dari daging, melainkan otot dan sumsum sapi. Sate klopo ini bisa disantap dengan nasi atau lontong.

Warung Sate Klopo Ondomohen ini berukuran kecil. Kapasitasnya hanya cukup menampung 10-12 orang pembeli. Tapi pengunjungnya bisa jauh melampaui kapasitas warung. Untuk menampung mereka, Asih menyediakan bangku-bangku kecil di depan warungnya.
Apa rahasia warung sempit yang terletak di dalam gang itu yang membuat orang ketagihan? Asih tak pernah mengubah resep dari mertuanya, Hajah Zaenab, pendiri warung itu, sejak 1947. Sejak dulu, mertuanya, yang asli Madura, membuat bumbu kacang sate dari Tuban. "Kacang Tuban ukurannya lebih kecil," kata Asih. Tapi rasanya lebih gurih.
Warung ini didirikan mendiang Zaenab karena sate klopo sebenarnya memang makanan khas Madura. Surabayalah yang memperkenalkan dan mempopulerkannya kepada khalayak lebih luas. Di Madura sendiri makanan ini sekarang langka.
Asih tak jual mahal. Ia menjual seporsi sate berisi 10 tusuk dengan harga Rp 13-15 ribu. Tergantung bagian daging yang diminta, tanpa lemak atau berasal dari otot dan sumsum sapi.
Makanan sepinggan yang paling terkenal dari Jawa timur adalah rujak cingur. Makanan ini sebenarnya mirip gado-gado, tapi unsurnya lebih banyak karena terdiri atas sayuran, mi masak sup, irisan buah-buahan, tahu-tempe, dan lontong. Sayuran yang biasa digunakan adalah kangkung, taoge dan krai--sejenis mentimun--yang juga direbus. Buahnya nanas, belimbing, bengkuang, mentimun, dan mangga.
Bahan dasar saus bumbu rujak ini petis hitam--yang terbuat dari kaldu ikan atau udang--gula merah, cabai, irisan bawang putih goreng, dan irisan pisang batu muda. Komposisinya harus pas. Kalau tidak, rasanya tidak seperti yang diharapkan. Jika petisnya kurang dan terlalu banyak pisang batu, bumbu akan terasa sepat. Kalau kacangnya terlalu banyak, akan terasa seperti ketoprak.
Komposisi bumbu ini digunakan juga untuk rujak Madura. Hanya, rujak Madura menggunakan petis merah atau petis putih tanpa gula merah, sehingga rasanya lebih asin.
Yang membuat rujak ini sangat khas adalah cingurnya. Cingur adalah daging pada bagian telinga atau bibir sapi. Rasanya kenyal hingga sedikit liat. Tapi rasa kenyal dan gurih inilah yang justru menimbulkan sensasi tak terduga.
Salah satu warung yang menyediakan masakan ini adalah Warung Rujak Cingur Nur Aini di Sidoarjo, sekitar satu jam perjalanan dengan mobil dari pusat Kota Surabaya. Warung ini hanya berjarak sekitar empat kilometer dari Bandara Juanda, Surabaya.
Nur, perempuan asli Surabaya, 40 tahun, membuka warung pada 1997. Bermacam makanan dijual saat itu. Dari gado-gado, rawon, hingga rujak cingur. Belakangan, rujak cingurlah yang lebih dikenal ketimbang warung bercat hijau ini. "Kata pembeli, bumbu rujaknya enak," kata dia.
Pengalaman meracik bumbu rujak diperoleh Nur dari belajar secara otodidaktik. Bumbu rujak yang dibuatnya selalu dicicipi oleh Nurul Yakin, 50 tahun, suaminya. "Dia yang selalu berkomentar, kurang ini-itu." Komentar suaminyalah yang membuat Nur terus memperbaiki rasa bumbu rujaknya hingga terasa pas.
Apa yang membuat rujak Nur terasa istimewa? Nur mengaku menggunakan tujuh macam petis untuk rujaknya.
Kini pelanggan warung Nur tak hanya berasal dari Surabaya, Sidoarjo, dan sekitarnya. Tapi juga dari Jakarta, Bandung, dan Medan.
Sederet nama pejabat tinggi dan artis pernah memesan rujaknya, di antaranya mantan presiden Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Amien Rais, serta mantan Menteri Pertahanan dan Panglima ABRI Wiranto. "Ada juga Surya Saputra dan Ade Namnung." Yang disebut terakhir ini selebritas hiburan.
Karena rasanya yang ditanggung sedap, Nur menjualnya dengan harga Rp 15-20 ribu per porsi. Terhitung mahal untuk harga rujak cingur di Surabaya dan sekitarnya. Tapi pembeli terus datang. Dan, jika ke sana, tak perlu khawatir tidak kebagian tempat duduk. Warung Nur menampung sekitar 30 pembeli di dalam warung. l ENDRI KURNIAWATI | ANANG ZAKARIA
Lokasi yang direkomendasikan:
- Rawon Setan, Jalan Embong Malang, Surabaya
- Rawon Pak Pangat, Darmo Trade Center, bekas Pasar Wonokromo, Jalan Wonokromo, Surabaya
- Rujak Cingur Nur Aini, Jalan Sedati 66, Sidoarjo
-Sate Klopo Ondomohen, Jalan Walikota Mustajab (d/h Ondomohen), Surabaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar